Segelas kopi menemani pagiku,
Segelas kopi dengan aroma yang sangat merdu,
Kuletakkan di atas piring kecil berwarna biru,
Dan kututup dengan tutup gelaspun berwarna biru,
Agar aromanya tetap menjadi milikku,
Agar panasnya tetap mengurut mesra kerongkonganku.

Aku mengembara menelusuri jalan cintaku,
Jalan beralaskan kerikil tajam,
yang membuat kakiku mati rasa,
di jalan ini kutemukan sebuah mutiara,
permata pengalaman yang kan kupandangi di setiap hariku.

Pengalaman tentang cinta,
Pengalaman yang memahatkan ukiran luka di hatiku,
Walau terasa pedih namun aku selalu menginginkannya,
Seperti segelas kopi ini.

Kupanaskan air dengan sabar,
Kutuang kopi berkawan gula,
Kusiram dengan air mendidih sempurna,
aromanya yang merdu manyapa dunia,
menggoda aku nan dirayu asmara.

Mendekap gelas jemariku pedih,
Mengecap kopi bibir dan lidahku perih,
Namun setiap hari kuseduh kopi dengan gigih,
Aku senang melakukannya meski disertai pedih dan perih,
Namun menguatkanku yang melangkah tertatih,
Menuju final cinta yang entah bila bisa kuraih.

Telah kurasakan sakitnya gagal bercinta,
Sudah kurasakan letihnya keluar dari himpitan,
Himpitan kepingan harapan,
yang dia belum mampu memegangnya,
Hingga akhirnya runtuh menyadarkanku,
Bak segelas kopi ini,
Yang mengajarkanku tentang arti hidup,
Memang gelap rahasia hidup,
Memang panas gesekkan derita,
Tapi,
Bukankah senang berteman rindu dan harapan,
Bukankah nikmat segelas kopi.

16 Februari 2015

Tinggalkan komentar